10.23.2012

Sejahat Itukah Manusia?

Saya sedang lelah dari aktivitas-aktivitas otak yang cukup panjang. Berhenti! Itu yang harus dilakukan. Mengikuti perfeksionis dan tidak membiarkan orang lain untuk menyempurnakan, lama-lama akan melelahkan diri sendiri. Saya ambil sebuah buku yang baru saya beli: Agama, Seks, dan Kekuasaan karangan Julia Suryakusuma. Buku ini menunjukkan kedalaman. Meskipun ia kumpulan artikel, tidak mengurangi kedalaman isinya.

Di dalam prakata, Merle C. Ricklefs, Profesor Emeritus Australia National University (ANU) mengungkap sedikit tentang kekuasaan. Disebutkan, ideologi sering dimanfaatkan mereka yang sedang berkuasa dan ingin tetap berkuasa….. Ngeri sekali apa yang digambarkan. Kemudian otak ini tiba-tiba bertanya, “sejahat itukah manusia?” Saya bertanya karena saya tidak pernah mengalami sendiri. Kedua, saya menganggap semua orang baik. Itulah sebabnya terkadang saya gunakan bahasa yang terlalu jujur. Saya menganggap semua orang baik sehingga mereka tidak akan tersinggung jika saya mengatakan hal yang jujur. Namun berkali-kali hal ini gagal saya buktikan. Banyak orang tersinggung meskipun tidak diniati menyakiti. Saya tidak sadar, begitu kalau kata Freud.

Oh…oh…saya memang benar-benar ingin tahu sendiri apakah yang dikatakan kawan-kawan LSM tentang buruknya pemerintah itu betul. Dan sebaliknya, apakah yang dikatakan pemerintah bahwa LSM hanya bisa gembar-gembor dan jualan proyek itu betul juga. Dan apakah yang dikatakan sebagian orang terpelajar tentang bejatnya korporasi media atau bahkan korporasi beneran itu benar. Otakku masih menolak kalau dikatakan orang-orang itu jahat dan apa yang dilakukan hanya untuk dirinya sendiri.

Sekitar 2 minggu lalu, saya berpikir, “bukankah jiwa Gus Dur itu adalah perpaduan aktivis, jurnalis, dan pemerintah. Dan itu sangat bisa diterima oleh jutaan orang.” Mengapa sih harus dikotak-kotakkan? Yang LSM bersikukuh melawan pemerintah, dan pemerintah menganggap LSM hanya bisa koar-koar. Jurnalis menjadi gongnya. Korporasi mendekati pemerintah berhadapan dengan LSM. Mengapa ya tidak saling duduk bersama tanpa ada stereotipe ini itu. Mengapa ya tidak memilih berpikir saja untuk kehidupan bangsa yang lebih baik. Saya tidak punya jawaban, karena saya tidak pernah berpikir menyikut orang dan tidak pernah berpikir bahwa orang akan menyikut saya, meskipun itu mungkin sangat dekat dengan saya. Akhir kata, semoga Allah akan membantu menemukan jawaban. Aamiin.

Salemba Tengah, 23 Okt. 2012. 2.52.